Rabu, 15 Juni 2016

Mencintai, Bersatu, Bernafas, Mati




Suatu dulu, saya pernah tertawa terbahak-bahak ketika melihat sebuah wallpaper laptop milik teman. Tawa itu muncul begitu saja tanpa bisa saya bendung tersebab tulisan yang ada dalam wallpaper tersebut, ya bentuknya percakapan, bukan sekadar gambar.  Gambarnya seperti yang bisa dilihat di atas.

Sebelum saya jelaskan mengapa percakapan di atas membuat saya tertawa terbahak, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Apakah reaksi anda pertama kali ketika membaca hal tersebut? Apakah anda merasa hal tersebut manis, bikin baper, terharu, atau anda cuma pengin nyengir saja? Hehe. Jadi begini, pemicu tawa saya adalah kalimat si cewek. Pertama kali yang terlintas di pikiran saya waktu baca ini secara literal tanpa memikirkan sebenarnya kalimat di atas dimaksudkan sebagai metafora adalah “Pertanyaan konyol dari mana ini, kok bisa-bisanya kamu tanya seperti itu.” It’s insulting gitu lho terhadap manusia biasa, terhadap yang bertanya dengan serius. (Ya walaupun kita asumsikan bahwa si cewek nggak bermaksud menghina kita dengan pertanyaan itu, saya paham, si cewek ingin menjawab pertanyaan si cowok dengan keren makanya pakai metafora karena si cewek sendiri juga nggak paham jalan pikiran dan perasaannya sendiri :p )

Kalimat kedua ini insulting menurut saya, karena kedudukan dua kalimat pertanyaan di atas tidak seimbang. Semantik kedua kalimat tersebut tidak berada pada level yang sama (secara literal ya). Sehingga saya tertawa karena ini tidak make sense. Kalimat di atas mengingatkan saya pada pembahasan contoh pada Lexical Semantics : Sense Relations. Dalam buku F.R. Palmer hal 84, apabila suatu predicates memiliki  2 atau lebih arguments maka kita bisa melihat predicates  menyatakan relasi antar arguments, apakah itu Symmetric, Transitive, atau Reflexive.
Contoh :
1.       John is a man. John adalah argument dan  is a man adalah predicate
2.       John loves Mary. John dan Mary adalah argument dan loves adalah predicate
3.       John gave Mary a book. John, Mary, a book adalah argument dan gave adalah predicate
4.       John is married to Mary. John dan Mary adalah argument dan is married to adalah predicate
5.       John resembles himself. John dan himself adalah argument dan resembles adalah predicate
6.       Four equals four. Four adalah argument dan equals adalah predicate
                                                                                                                                                                         
Sekarang, contoh di atas hubungannya apa dengan kalimat yang sedang kita bahas?
Kalimat yang diucapkan gambar cowok; “Kenapa kamu masih mencintai dia, kalo kamu sudah tau kalian gak akan bersatu?”
Yang perlu digaris bawahi pada kalimat tersebut adalah pernyataan ‘kamu masih mencintai dia’ ‘kamu sudah tau kalian gak akan bersatu’. Di sini, pernyataan ‘tau kalian gak akan bersatu’ bisa kita asumsikan bermacam-macam sebabnya mengapa si kamu tidak bisa bersatu dengan si dia. Bisa jadi mereka beda keyakinan, beda kasta, tak direstui orang tua, si dia ternyata sudah punya pendamping lain, atau pahit-pahitnya si dia tidak cinta kepada si kamu. *mohon yang baca jangan baper ya :p 
Tapi satu hal yang pasti, ‘gak akan bersatu’ ini hukumnya tidak mutlak. *bisa saja si kamu reverse keadaan dengan minta alatnya Doraemon atau minta Hermione bikinin love potion buat si kamu dan si dia :p #sama aja itu tidak mungkin.

Yang saya maksud tidak mutlak adalah bahwa predicate ini bisa dikendalikan oleh manusia. Begitu pula dalam frasa ‘kamu masih mencintai dia’, relasi antar argument nya tidak symmetric. Symmetric itu yang bagaimana sih? Symmetric itu seperti contoh kalimat nomor 4, jadi hubungan antar argument itu mutual, sama-sama.  John menikah dengan Mary sudah pasti mutual kan apabila dibalik urutan antar argument menjadi Mary menikah dengan John. Berbeda kasusnya dengan ‘kamu masih mencintai dia’ si kamu sudah pasti mencintai si dia, tapi apakah si dia sudah pasti mencintai si kamu? Bisa jadi cinta bisa juga tidak cinta, ya kan :p *plis jangan nangis kalau kalimat ini relatable sama anda, #pukpuk.

Nah sekarang kita masuk pada kalimat yang diucapkan gambar cewek;  “kenapa kamu masih bernafas, kalo kamu sudah tau suatu hari kamu akan mati?” hih sumpah ini insulting banget, siapalah si kamu yang bisa mengendalikan pernafasan dan kematian *lha kalo si kamu sudah tau akan mati ya apa terus si kamu harus menghentikan nafasnya saat itu juga, bunuh diri dong itu namanya. Beda kasusnya kalo si kamu dalam pertanyaan satu disuruh mengakhiri cintanya sama si dia apakah otomatis si kamu akan mati? (secara natural lho ya).

Pertanyaan kedua ini masuk dalam kategori reflexive. Reflexive itu yang bagaimana sih? Relasi dikatakan reflexive apabila menyatakan hubungan antara argument dengan argument itu sendiri, seperti pada contoh kalimat nomor 5 dan 6. Empat sama dengan empat, John mirip dengan dirinya sendiri, hubungan ini tidak terelakkan dan mutlak. Manusia ya tetap akan bernafas walaupun tahu dia akan mati, namanya aja makhluk hidup, kalau nggak bernafas berarti namanya mayat :p . Si kamu dalam kalimat kedua tidak memiliki kontrol internal akan apa yang dia alami, berbeda halnya dengan si kamu dalam kalimat pertama, dia (seharusnya)memiliki kontrol internal dalam dirinya.

Gawat itu kalau banyak pencinta yang jalan pikirannya kayak si gambar cewek, pantesan susah move on, #eh :p Yang paling berbahaya, bisa-bisa nanti dia pilih bunuh diri kalau nggak kuat, kayak Romeo dan Juliet. *jangan sampai ya kawan-kawan. Kalau mau diteruskan apa bahaya pola pikir seperti yang dimiliki oleh si gambar cewek adalah bisa membawa pada ketidaksyukuran, padahal bisa saja dia bisa menemukan cinta lain yang lebih baik dan bisa membawanya dalam kebaikan, bukan dalam kesedihan #eaaa

Patut diingat bahwasanya perasaan itu tidak mutlak, kalau anda melihat di sekitar, banyak kejadian yang menunjukkannya. Semisal, si X dan si Y awalnya lovey dovey sekali, tapi beberapa tahun kemudian, mereka bercerai. Alasannya apa? Sudah terlalu banyak perbedaan, apabila diteruskan malah tidak bahagia, tuh cinta saja ternyata tidak selalu selamanya, cinta bisa diakhiri. Tapi kalau bernafas? Jika diakhiri secara sengaja, bisa-bisa kita dimurkai Yang Maha Pencipta karena telah kufur nikmat. *lha kok ceramah, Mbak?


Nah, begitulah penjelasan tidak bermutu dari saya. Perlu diketahui bahwa pembahasan di atas sifatnya memaknai kalimat dengan literal ya, bukan secara efek gaya bahasa yang ingin dicapai oleh pembuat kalimat pertanyaan kedua. Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. Tetap semangat hidup ea Kakak! J